Skip to content
Jurnal News IDN

Jurnal News IDN

Informasi Terpercaya

Primary Menu
  • Home
  • Berita
  • Politik
  • Sport
  • Entertainment
  • Ekonomi
  • Home
  • Berita
  • MK Putuskan Pendidikan Dasar Sekolah Swasta Gratis, Siapa yang Bayar Tagihannya?
  • Berita

MK Putuskan Pendidikan Dasar Sekolah Swasta Gratis, Siapa yang Bayar Tagihannya?

Editor 1 Published: 31/05/2025 | Updated: 31/05/2025
Ilust SD swasta

Jurnal IDN – Putusan Mahkamah Konstitusi (MK) yang mewajibkan pemerintah menjamin pendidikan dasar gratis di sekolah negeri maupun swasta memunculkan tantangan besar bagi keberlanjutan fiskal Indonesia dan imbasnya bagi sasaran dari program ini.

Ekonom dan pakar kebijakan publik UPN Veteran Jakarta, Achmad Nur Hidayat menilai langkah ini penuh semangat luhur konstitusi, namun menyimpan potensi risiko besar jika tidak dibarengi mekanisme pelaksanaan yang matang.

“Bayangkan negara menjanjikan makan gratis di seluruh rumah makan, tapi tak menyiapkan siapa yang akan membayar tagihannya,” ujar Achmad di Jakarta, Jumat (30/5)

Ia menggambarkan dilema fiskal yang muncul dari putusan MK tersebut. Menurutnya, meski secara moral sulit dibantah, setiap jaminan hak warga negara menuntut alokasi sumber daya, yang pada akhirnya berarti uang rakyat.

Data per April 2025 menunjukkan pendapatan negara baru mencapai Rp810,5 triliun atau sekitar 27 persen dari target tahunan. Sementara itu, belanja negara telah mencapai Rp620,3 triliun, menciptakan defisit lebih dari Rp100 triliun hanya dalam empat bulan. Meski anggaran pendidikan menyentuh Rp724,3 triliun (sekitar 20 persen dari APBN), realisasi belanja hingga Februari baru Rp76,4 triliun, jauh dari kebutuhan untuk mewujudkan visi pendidikan gratis yang diperluas ke sekolah swasta.

Achmad mencatat, implementasi putusan MK setidaknya membutuhkan tambahan Rp1,3 triliun hanya untuk membiayai pendidikan siswa SD dan SMP di sekolah swasta. Angka ini belum termasuk biaya operasional, peningkatan kualitas guru, insentif tenaga pendidik, serta perbaikan infrastruktur.

Selain sektor pendidikan, pemerintah saat ini tengah menggelontorkan dana besar untuk berbagai program prioritas lain, seperti Program Makan Bergizi Gratis (MBG) sebesar Rp171 triliun, pemeriksaan kesehatan gratis Rp3,4 triliun, dan enam paket stimulus ekonomi yang mencakup diskon listrik, subsidi upah, serta bantuan sosial, dengan total ratusan triliun rupiah.

“Negara, seperti rumah tangga, harus memutuskan prioritas. Apakah untuk cicilan rumah, biaya makan, atau pendidikan anak?” kata Achmad.

Ia pun mengingatkan, visi kebijakan tidak cukup didorong semangat mulia saja, tetapi harus realistis dengan keterbatasan nyata.

Menggunakan analogi anggaran negara sebagai ember yang menampung air, Achmad menyebut janji-janji kebijakan sebagai hujan deras.

“Kalau ember berlubang akibat kebocoran fiskal seperti pemborosan dan korupsi, airnya tak akan tertampung meski hujan deras. Program makan gratis, pendidikan gratis, dan stimulus ekonomi bisa terbuang percuma kalau tidak ada perbaikan mendasar,” tegasnya.

Achmad menegaskan bahwa semangat keadilan sosial harus selalu berjalan berdampingan dengan keberlanjutan fiskal.

“Kalau tidak, kita akan terjebak populisme fiskal: menjanjikan segalanya kepada semua orang, tapi akhirnya tak mampu memberi apa pun secara memadai,” ujarnya.

Ia mengusulkan beberapa strategi alternatif, seperti skema pendanaan berbasis kemitraan publik-swasta, insentif pajak untuk perusahaan yang mendukung pendidikan di daerah tertinggal (3T), pemanfaatan dana CSR secara lebih strategis, atau penerapan subsidi berbasis kebutuhan alih-alih pembebasan biaya seragam.

Menurut Achmad, putusan MK ini harus menjadi momentum untuk menghidupkan demokrasi anggaran. Rakyat perlu mengetahui bagaimana APBN disusun, ke mana uang mereka mengalir, dan bagaimana pemerintah membuat keputusan fiskal.

“Ketika pengeluaran terus bertambah, transparansi dan partisipasi publik adalah benteng terakhir akuntabilitas,” katanya.

Ia juga mengingatkan agar subsidi pendidikan gratis tak jatuh menjadi keuntungan bagi kelompok kaya yang menyekolahkan anak-anak mereka di sekolah swasta elit.

“Pendidikan gratis harus menjadi instrumen untuk mendorong anak-anak keluarga miskin keluar dari lingkaran kemiskinan, bukan memperkaya yang sudah kaya,” tambahnya.

Achmad menekankan, bila pemerintah serius menjalankan amanat putusan MK, keberanian untuk mengoreksi kebijakan lain yang boros dan minim dampak ekonomi mutlak diperlukan. Alokasi anggaran untuk program seperti MBG, pemeriksaan kesehatan massal tanpa prioritas, dan pembangunan tiga juta rumah yang tidak memberikan efek pengganda signifikan harus dikaji ulang.

“Pendidikan dasar gratis untuk semua anak bangsa, termasuk di sekolah swasta, tidak boleh dikorbankan demi proyek-proyek populis yang boros. Ini saatnya menyusun ulang prioritas fiskal secara rasional dan berbasis keadilan sosial,” pungkas Achmad.

Dengan demikian, langkah pemerintah ke depan akan sangat menentukan apakah janji pendidikan gratis ini menjadi tonggak kemajuan atau justru menciptakan beban fiskal yang memiskinkan generasi mendatang. (DN)

What do you feel about this?

  • Berita

Post navigation

Previous: PT Pelabuhan Buana Reja, Anak Usaha PT ABMM Ditunjuk Kemenhub Jadi Operator Pelabuhan Satui
Next: Belum Jadi Keluarga, Tissa Biani Bikin Seragam Sendiri ke Nikahan Al dan Alyssa Daguise

Author's Other Posts

Rockafella’s Music & Talk Show Vol.15 Hadirkan Malam Penuh Nostalgia dan Keintiman Musik Akustik IMG-20251026-WA0005_copy_800x464

Rockafella’s Music & Talk Show Vol.15 Hadirkan Malam Penuh Nostalgia dan Keintiman Musik Akustik

26/10/2025
Ini Deretan Nominasi FFW 2025 Screenshot_20251021-203753_copy_800x676

Ini Deretan Nominasi FFW 2025

26/10/2025
Mau Tumbuh Delapan Persen? HIPKA Sebut UMKM Roda Penggerak Ekonomi Nasional IMG-20251023-WA0020_copy_800x472

Mau Tumbuh Delapan Persen? HIPKA Sebut UMKM Roda Penggerak Ekonomi Nasional

26/10/2025
Saat Subsidi Rp100 T dan Impor 77 Persen Gas Melon Jadi Bom Waktu dan Skandal yang Menguras Negeri images-2025-10-12T105136.675_copy_800x499

Saat Subsidi Rp100 T dan Impor 77 Persen Gas Melon Jadi Bom Waktu dan Skandal yang Menguras Negeri

12/10/2025

Berita Lainnya

Screenshot_20251107_113955_Instagram
  • Entertainment

Film Tak Kenal Maka Taaruf Tawarkan Romansa Religius yang Bikin Baper

Herman JurnalIDN 07/11/2025
IMG-20251105-WA0035
  • Entertainment

Film Pesugihan Sate Gagak, Komedi Horor yang Terinspirasi Kehidupan Masyarakat Pesisir

Herman JurnalIDN 06/11/2025
20251104_223425
  • Politik

Ketua MUI: Para Mantan Presiden Layak Jadi Pahlawan Nasional

Mambang Yazid 04/11/2025
IMG-20251104-WA0057
  • Entertainment

Tayang 4 Desember 2025, Film RIBA Suguhkan Teror Horor Psikologis yang Menggugah Nurani

Herman JurnalIDN 05/11/2025
Copyright © 2025 All rights reserved.