Polemik Diangkatnya Hercules Jadi Panglima Laskar Santri Pesantren, Layak Kah?

Jurnal IDN – Diangkatnya Ketua Umum Gerakan Rakyat Indonesia Bersatu (GRIB) Hercules Rosario Marshal sebagai Panglima Laskar Santri oleh Majelis Permusyawaratan Pengasuh Pesantren Se-Indonesia (MP3I) Periode 2024-2029. menuai polemik dan pro-kontra.

Salah satu yang kontra datang dari Imam Besar Masjid Al-Hikmah di New York, Ustadz Shamsi Ali yang mengatakan tidak sepantasnya sosok preman menjabat sebagai pemimpin atau panglima di ruang lingkup pesantren.

Ia menyebut bahwa keputusan tersebut tidak mencerminkan nilai-nilai pesantren yang sejati.

“Sebagai santri atau alumni pesantren, saya sangat malu dengan prilaku sebagian orang,” kata Shamsi Ali di akun X-nya @ShamsiAli2 pada Rabu, (7/5).

Ia menegaskan bahwa premanisme sangat bertolak belakang dengan dunia pesantren, yang seharusnya menjunjung tinggi akhlak, keteladanan, dan kedamaian.

“Preman itu sangat tidak identik dengan pesantren. Karenanya apa yang dilakukan oleh Majelis Permusyawaratan Pengasuh Pesantren ini tertolak dan memalukan,” tambahnya.

Shamsi Ali meminta secara tegas agar dunia pesantren menjaga kemurniannya dari pengaruh yang tidak sejalan dengan nilai-nilai keislaman.

“Pesantren harus bersih dari premanisme,” tandasnya.

Sebaliknya, praktisi hukum, Muara Karta  Simatupang SH, MH menyatakan bahwa publik seharusnya tidak menilai seseorang semata dari masa lalunya, terutama jika yang bersangkutan telah menunjukkan perubahan.

Menurutnya, label “mantan penjahat” tidak bisa dijadikan alasan untuk menolak seseorang yang ingin berubah dan mengabdi kepada masyarakat.

“Apakah karena seseorang pernah menjadi preman, dia tidak boleh menjadi orang baik? Bukankah setiap orang berhak bertobat dan berubah?” ucapnya.

Bagaimana dengan Anda? Termasuk yang pro atau kontra atas hal ini? (DN)

Share the Post:

Related Posts